Sampai kapanpun mungkin tidak akan pernah mengerti karena memang tidak pernah mau memahami.
Sampai kapanpun akan menghantui dan memuakkan, karena memang tidak pernah berani mengambil keputusan.
Saat lidah tak lagi dapat bergeliat, mungkin hanya tatapan yang mengandung penuh amarah.
Saat hati tak lagi sanggup memeluk, mungkin hanya mata yang berbicara.
Dan bila mata seorang pria sudah berbicara, disaat itulah runtuhnya keperkasaan seorang pria.
Mungkin takkan ada lagi kaki untuk berdiri, hanya bersimpuh dalam pandangan matanya.
Sampai kapanpun akan menghantui dan memuakkan, karena memang tidak pernah berani mengambil keputusan.
Saat lidah tak lagi dapat bergeliat, mungkin hanya tatapan yang mengandung penuh amarah.
Saat hati tak lagi sanggup memeluk, mungkin hanya mata yang berbicara.
Dan bila mata seorang pria sudah berbicara, disaat itulah runtuhnya keperkasaan seorang pria.
Mungkin takkan ada lagi kaki untuk berdiri, hanya bersimpuh dalam pandangan matanya.